Menyeduh dan menikmati secangkir teh saat pagi atau sore hari akan membuat tubuh lebih rileks. Teh yang berasal dari tanaman perdu suku Theaceae dengan nama ilmiah Camellia sinensis ini adalah salah satu jenis minuman yang mengandung kafein dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Mengutip dari laman ugm.ac.id, bahan baku pucuk teh yang baik yaitu daun muda yang dipetik sampai daun pertama atau kedua yang terdiri dari peko dan satu atau dua daun muda. Bagian tersebutlah yang kemudian dikeringkan dan diseduh dengan air panas untuk menghasilkan secangkir teh berkualitas.
Bagaimana jika teh yang diseduh berbahan dasar kotoran ulat? Tentu terdengar unik dan ekstrim, namun teh kotoran ulat yang disebut Chu-hi-cha ini telah ditemukan oleh seorang peneliti dari Universitas Kyoto Jepang, Tsuyoshi Maruoka.
Saat menempuh studi pascasarjana di Fakultas Pertanian, Ia meneliti hubungan misterius antara serangga dan tumbuhan hingga tak sengaja menemukan ide untuk menyeduh teh dengan bahan yang tak biasa itu. Mulanya ada seseorang yang mendatangi Tsuyoshi Maruoka dan memberinya 50 ulat ngengat gipsi ke lab.
Tsuyoshi Maruoka kebingungan hingga akhirnya memutuskan untuk menjaga ulat tersebut agar tetap hidup. Ia kemudian memetik beberapa lembar daun pohon ceri untuk pakan ulat-ulat yang dipelihara.
Saat membersihkan kotoran ulat, Tsuyoshi Maruoka menemukan bahwa ulat tersebut memiliki bau harum yang membuatnya terinspirasi untuk menyeduh menjadi teh. Secangkir teh kotoran ulat yang berhasil diseduh itu tampak gelap layaknya teh pada umumnya dengan bau seperti bunga sakura dan rasa yang sangat enak.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, Tsuyoshi Maruoka semakin banyak mengeksplorasi jenis teh yang berasal dari kotoran ulat lebih mendalam. Jenis ulat yang digunakan tidak terbatas pada kotoran ulat ngengat gipsi yang mengonsumsi daun pohon ceri. Ia juga bereksperimen dengan sekitar 20 serangga dan ulat serta 40 jenis tanaman.
Hasil dari penelitian tersebut sangat menggembirakan. Melansir dari Oddity Central, Tsuyoshi Maruoka mengklaim bahwa aroma dan rasa Chu-hi-cha dapat berubah tergantung jenis tanaman dan serangga apa yang disilangkan.
Tumbuhan mentah memiliki rasa pahit sepat yang memang dirancang untuk mencegah hewan mengkonsumsinya. Namun beberapa serangga berhasil berevolusi untuk menetralkan rasa pahit sepat dengan bantuan enzim dalam sistem pencernaan mereka. Kotoran yang dihasilkan pun tidak lagi sepat atau pahit bahkan menjadi sangat harum yang kemudian diseduh menjadi teh.
Berkat penemuannya, Tsuyoshi Maruoka telah membuat versi komersil dan belum lama ini memposting kampanye crowdfunding di platform Camp-Fire Jepang. Hasil penjualannya bahkan telah melampaui target awal sebesar 1 juta yen ($7.800).
Chu-hi-cha ini kemudian menjadi salah satu jenis teh unik viral yang banyak dicari masyarakat. Menariknya, orang-orang telah mengonsumsi teh kotoran ulat sutera yang mengonsumsi daun teh selama ratusan tahun sebagai obat. Sebuah studi juga menunjukkan jika teh ulat viral itu merupakan minuman sumber flavonoid bioaktif yang bagus.
Bagaimana tertarik mencicipi minuman viral dari teh kotoran ulat? Di Indonesia sendiri ada banyak jenis teh unik yang menyehatkan. Madame Chang menyediakan berbagai macam teh yang wajib dicoba, seperti lemongrass tea, chrysant tea, rosella tea, cinnamon ginger tea, dan ginseng tea.
Tak hanya teh minuman unik, Madame Chang juga menyediakan aneka hidangan appetizer hingga dessert sehat. Pelopor makanan sehat di Surabaya ini memiliki beragam menu sehat yang enak dengan pilihan bahan-bahan yang berkualitas. Yuk segera order menu sehat favorit kamu di Madame Chang! Untuk pemesanan kamu bisa langsung hubungi Madame Chang disini untuk melakukan reservasi atau langsung kunjungi Tokopedia, ShopeeFood, GrabFood, dan GoFood untuk melakukan pemesanan secara online menu-menu menyehatkan dari Madame Chang.
0 Comments