Saat seseorang merasa sakit, pertanyaan apakah perlu minum antibiotik sering kali muncul. Antibiotik adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, namun tidak semua penyakit memerlukan penggunaan antibiotik. Antibiotik seringkali menjadi pilihan utama bagi banyak orang ketika mereka sedang merasakan gejala sakit. Hal ini karena antibiotik seringkali dianggap sebagai obat dewa yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Akan tetapi penting untuk diluruskan bahwa tidak semua penyakit harus ditangani dengan minum antibiotik, karena antibiotik hanya perlu digunakan pada kondisi penyakit tertentu saja. Agar tidak menyebabkan resistensi antibiotik yang bisa memperparah penyakit, menyebabkan kecacatan, hingga berujung kematian. Untuk itu Madame Chang akan membahas secara rinci apakah seseorang perlu minum antibiotik saat sakit, serta faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum mengkonsumsinya.
Apa Itu Antibiotik?
Sebelum memahami apakah perlu minum antibiotik saat sakit, penting untuk mengetahui apa itu antibiotik. Antibiotik adalah jenis obat yang dirancang untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan atau membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Namun, penggunaan antibiotik tidak selalu menjadi solusi untuk semua jenis penyakit.
Kapan Antibiotik Diperlukan?
Menurut Ketua Komite Pencegahan Resistensi Antimikroba Nasional, Hari Paraton, pada dasarnya sekitar 80% penyakit tidak memerlukan antibiotik. Antibiotik harus digunakan secara bijak, yaitu bisa diminum saat ada indikasi penyakit yang disebabkan oleh mikroba berupa bakteri.Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh mikroba berupa jamur, virus, dan parasit seperti batuk, pilek, flu, demam, dan radang tenggorokan tidak memerlukan antibiotik. Begitu juga dengan penyakit seperti diare, campak, demam berdarah dengue, cacar air, dan bisul yang disebabkan oleh parasit dan virus, tidak perlu minum antibiotik. Karena penggunaan antibiotik pada saat yang tidak tepat atau berlebihan dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yang membuat bakteri menjadi tahan terhadap obat tersebut.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya bersifat infeksi berat, seperti tuberkulosis, tipes, usus buntu, radang otak, tipes, infeksi kandung kemih, dan sebagainya. Pada kondisi infeksi berat ini penggunaan antibiotik sangatlah cocok, namun selain penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut, tidak diperbolehkan menggunakan antibiotik. Namun keberadaan bakteri perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan cara melakukan pemeriksaan di laboratorium. Oleh sebab itu penggunaan antibiotik harus dalam pengawasan serta resep dokter. Jika tidak dalam pengawasan dokter ditakutkan mengalami overdosis yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Bahaya Serta Efek Samping Overdosis Antibiotik
Bahaya dan konsekuensi overdosis antibiotik dapat menyebabkan perubahan pada bakteri, sehingga komponen obat menjadi tidak efektif melawan infeksi. Fenomena ini dikenal sebagai resistensi bakteri atau resistensi antibiotik. Nah berikut ini merupakan beberapa risiko yang mungkin timbul akibat overdosis antibiotik:
1. Meningkatkan Risiko Diare Fatal pada Anak-anak
Anak-anak yang rutin mendapatkan antibiotik untuk infeksi saluran pernapasan atas memiliki risiko lebih tinggi terhadap bakteri resisten, seperti Clostridioides difficile atau C. diff. Menurut Tom Frieden dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pemberian antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan masalah serius.
2. Gangguan Keseimbangan Flora Usus
Overdosis antibiotik dapat mengacaukan keseimbangan alami flora usus. Flora usus, yang terdiri dari bakteri bermanfaat, memiliki peran penting dalam mendukung sistem kekebalan dan pencernaan yang sehat. Meskipun antibiotik membantu melawan infeksi, mereka juga dapat menghapus bakteri baik dalam usus, meninggalkan ruang bagi bakteri resisten seperti dalam kasus infeksi C. diff. Efek samping ini dapat mempengaruhi orang dewasa dan anak-anak, terutama menyebabkan perubahan jangka panjang pada flora usus.
3. Anafilaksis
Meskipun jarang terjadi, overdosis antibiotik dapat menyebabkan reaksi alergi yang parah, dikenal sebagai anafilaksis. Gejala anafilaksis melibatkan detak jantung cepat, gatal-gatal, sensasi kesemutan, pusing, mengi parah, tekanan darah rendah, dan bahkan kejang. Biasanya, anafilaksis berkembang dalam waktu 15 menit setelah konsumsi antibiotik, namun bisa juga muncul satu jam atau lebih setelah dosis. Keadaan ini dapat berakibat fatal tanpa perawatan darurat segera.
4. Gagal Ginjal
Ginjal bertanggung jawab untuk mengeluarkan racun, termasuk obat-obatan, dari tubuh melalui urine. Overdosis antibiotik dapat membebani dan merusak ginjal, terutama pada orang dengan kondisi ginjal yang sudah parah. Saat penuaan, ginjal alami menjadi kurang efektif, sehingga dokter umumnya meresepkan dosis antibiotik rendah untuk pasien lansia atau mereka yang memiliki masalah ginjal.
Itulah penjelasan mengenai perlukah mengkonsumsi antibiotik saat terkena sakit yang bisa Madame Chang sampaikan. Minum antibiotik dengan tepat adalah kunci keberhasilan pengobatan. Mengikuti dosis yang telah disarankan oleh dokter merupakan hal yang sangat penting. Karena penggunaan yang tepat akan membantu mencegah resistensi antibiotik dan memastikan pemulihan lebih optimal. Menggunakan antibiotik dengan bijak dan memperkuat sistem kekebalan tubuh melalui nutrisi yang tepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan optimal.
Untuk itu perlu menjaga nutrisi tubuh melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari. Madame Chang menyajikan berbagai pilihan menu makanan dan minuman sehat yang kaya akan nutrisi seimbang. Untuk mendapatkan mendapatkan makanan dan minuman sehat yang kaya akan nutrisi silahkan segera menghubungi kontak Madame Chang disini. Anda juga bisa melakukan pemesanan langsung di Resto kami atau melakukan pemesanan secara online melalui Tokopedia, ShopeeFood, GrabFood, dan GoFood.
0 Comments